Dibalik
Jendela
Pagi cerah dengan segala
keindahan dan kesejukannya membuat Mentari ingin segera keluar dari rumahnya
dan bergegas pergi ke sekolah. Hari ini Mentari habiskan untuk membicarakan
soal liburan bersama 5 temannya. Doni, Fadil, Rama, Poppy, dan Siska. Mereka
berenam memang sudah sangat dekat sejak mereka masih duduk dibangku SMP. Sudah
6 tahun mereka bersama dan baru saat ini mereka akan berlibur bersama ke suatu
tempat dan hanya Rama yang mengetahui seluk beluk tempat itu.
“oke Ram lu yakin itu aman?” Tanya Mentari.
“iyalah disana indah banget lho Ri, lu bisa ke sawah,
ke kebun teh. Udaranya juga sejuk. Gimana yang lain setuju gak?” jawab Rama.
“okedeh kita berangkaaaaat!!!” seru yang lain.
Keesokan harinya, tepat
hari Minggu pagi mereka pergi ke tempat yang sudah mereka bicarakan kemarin.
Untunglah Rama sudah mahir membawa mobil, dan sepanjang perjalanan mereka tidak
berhenti tertawa karena terus saja Fadil dan Doni membuat lelucon yang dapat
mengocok perut.
“Akhirnya sampai jugaaaa!!! Sejuknyaaaa!! Pagiiii
Bogoooor!” teriak Siska.
“Sis, jangan lebay.” Ujar Poppy.
“Yaudah yuk langsung aja kita masuk ke villanya.”
Ucap Rama.
Setelah masuk ke villa,
Rama menunjukkan ruangan yang menjadi kamar mereka.
“Ri lu di sini ya.. bareng Siska sama Poppy juga..”
ucap Rama sambil membuka pintu kamar.
“wow luas banget Ram. Okesip.” Ucap Siska.
“Dan yang cowo disebelahnya yaa” ujar Rama.
Oke setelah selesai
merapihkan kamar masing-masing mereka tidak langsung beristirahat, tetapi
mereka langsung menjelajahi sekitar villanya yang memang menyimpan banyak
keindahan alam. Sawah terhampar luas
dengan warna yang sudah menguning membuat mata terus membelalak melihat
indahnya karunia Tuhan.
“hai kalian kesini cepeeeet!” teriak Doni.
“jangan woy palingan Doni Cuma mau nunjukin ini gua
lagi liat pucuk pohon teh, iyakan Don? Wakakakakak” ucap Fadil.
“ih bukan Dil,” jawab Doni dengan muka yang serius.
“terus apa?” Tanya Fadil penasaran.
“ini gua lagi liatin jempol kaki gua hahahhahaha”
jawab Doni lugu.
“sialaaaan hahahahhaha” gelak Fadil.
Ya dua laki-laki itu
memang selalu berduaan seperti orang pacaran, Mentari dan yang lain sering
menyebutnya duokoplak. Suasana tegang dan runyam dapat sirna bila duokoplak
sudah melaksanakan aksinya. Berbeda dengan Rama yang lebih sering serius.
Malam pertama mereka di
puncak, diisi dengan bernyanyi bersama saling mengelilingi api unggun yang
mereka buat sendiri. Kehangatan dan penuh cinta mereka hiasi juga dengan
kejujuran dari masing-masing pribadi. Mereka bermain permainan anak remaja “Truth
or Dare”. Dan kali ini Fadil yang mendapat giliran pertama. Dan bukan Fadil namanya
kalau tidak memilih Dare.
“oke Dil kali ini gua yang nantang lu buat nembak
Mentari, kan lu pernah cerita ke gua kalo lu suka sama Mentari hahahaha” ucap
Doni sambil melirik Mentari yang tepat berada disampingnya.
“F*ck you Don” ucap Fadil kaget dan ingin menghajar
Doni.
“weyweywey ingetlah perjanjian kita dulu, kita ga
boleh ada yang pacaran. Kita hanya sebagai sahabat, karena cinta dapat
menimbulkan benci, dan benci dapat menimbulkan perpecahan. Itukan janji kita? Inget
dooong!” tegas Poppy.
Oke malam itu menjadi
malam yang penuh dengan kenangan sekaligus juga malam pembukaan petualangan
mereka. Waktu terus berputar, hingga tak terasa mentari pagi sudah menyapa
Mentari yang memang sudah berada dihamparan kebun teh untuk menikmati sejuknya
udara di sana dan juga memandangi pemandangan yang elok. Namun, Mentari tidak
sendiri, dia bersama Poppy, mereka membicarakan sesuatu yang menurut mereka itu
adalah sesuatu yang patut dicurigai.
“Pop gua masih kepikiran soal semalem.”
“Soal apa Ri? Fadil? Haha”
“bukanlah Pop ngapain banget gua pikirin itu hahahaha”
“lalu apalagi?” ucap Poppy bingung.
“ih lu gak inget apa semalem….masalah jendela. Iya masalah
jendela, gua bingung deh kenapa kita gak boleh ngebuka jendela yang ada di belakang
itu”
“oiyaya Ri, ada yang ga beres. Gua jadi mikir lho ada
yang ga beres sama pemilik villa itu. Lu ga pernah liat apa kemana-mana dia
selalu bawa piso. Ih gua sih ngeri banget dari pertama kali ketemu.”
“kayaknya kita harus omongin ini sama anak-anak deh”
Siang itu mereka
merundingkan masalah tersebut, tentu saja jauh dari villa mereka karena takut
bila pemiliknya mendengar. Siska yang memang punya jiwa penakut seketika
menangis dan meminta segera pulang. Asudahlah itu memang sangat merepotkan yang
lainnya. Tetapi karena mereka semua penasaran maka mereka tetap bertahan dan
menyelidiki semuanya.
“iih kalo kita dipotong-potong sama bapak itu gimana?
Gua takuuuut” rengek Siska.
“eh Sis jangan ngaco deh, positif dulu coba kalo
mikir tuh” tegas Mentari.
Malam ini malam ketiga
mereka berlibur di sana. Mentari dan Poppy sedang asyik menonton Fadil dan Doni
bermain PS. Hingga akhirnya jarum jam sudah mengarah keangka 11 malam. Mentari
bergegas ke kamarnya untuk beristirahat dan disusul Poppy, sedangkan Doni dan
Fadil lanjut bermain PS.
“AAAAAAAAAAAAA!!!!!!!! RAMA FADIL DONI CEPET
KESINIIIIII!!!!” teriak Mentari memecahkan suasana.
Semuanya menghampiri
Mentari, ya akhirnya semua juga ikut teriak dan langsung terdiam karena bingung
apa yang sudah terjadi dan harus bagaimana dengan semua ini. Siska, teman
mereka sudah tergeletak dilantai dengan darah yang terus keluar. Yang lebih
mengejutkannya lagi, kepala Siska tidak ada, hanya tubuhnya yang penuh dengan
sayatan pisau dan isi perutnya kosong dengan pembedahan yang sangat rapih dan
sempurna. Mereka tentu saja panik setengah mati. Bahkan Poppy pingsan karena
shock melihat mayat Siska.
Hari sudah berganti,
pagi yang cerah namun hati mereka tetap berkabung. Mentari ingin mencoba
membuka jendela yang penuh misteri itu. Sedikit lagi ia akan tahu apa dibalik
jendela itu, namun tiba-tiba saja Rama memanggil Mentari untuk bergabung
bersama yang lain, karena mereka akan mengelilingi kebun teh. Mentari menghela
nafas dan meninggalkan jendela tersebut namun tak henti-hentinya ia menatap
jendela misteri itu.
Tepat pukul jam 11
malam, Mentari mencoba membuka jendela itu lagi, dan kali ini tak ada yang
mencegahnya. Mentari shock setelah melihat isi dibalik jendela itu, ya tepat
dengan apa yang dulu dia pikirkan tentang isi dibalik jendela itu, tepat
sekali. Isinya adalah seluruh organ-organ manusia. Banyak sekali otak beku,
jantung yang diawetkan, usus yang disimpan rapih dalam tabung silinder dengan
cairan bening. Dan yang membuat Mentari berdiri kaku tak bergerak dan
benar-benar dengan mata membelalak adalah ketika dia melihat kepala Siska
dengan mata yang melotot ketakutan berada di dalam tabung silinder bening. “apa
yang sudah terjadi? Siska? Siapa yang melakukan ini semua?”. Ketegangan tidak
berakhir disitu, ternyata seseorang juga masuk melalui pintu. Ya, pemilik villa
dengan tangan menggenggam kapak besar. Mentari ketakutan, dia berlari sekuat
tenaga namun tidak tahu harus berlari kemana karena itu adalah sebuah ruangan
yang hanya berisi organ-organ. Lalu Mentari menyerah, nafasnya
tersenggal-senggal tak beraturan. Pemilik villa itu semakin dekat dan lebih
dekat.
Pagi itu semua mencari
Mentari, mereka menyebar ke seluruh pelosok. Dari sawah, perkebunan teh, sampai
ke hutan. Dan akhirnya Mentari ditemukan tergeletak di tengah hutan dan
langsung saja Fadil membawa Mentari ke villa. Dan setelah sadar, Mentari
bungkam atas apa yang telah terjadi semalam sampai dia berada di tengah hutan.
Malam keempat ini adalah
malam terakhir bagi Rama, ya nasib Rama sama seperti nasib Siska. Mereka semua
mulai ketakutan. Fadil mulai nekat dengan membawa pisau lalu pergi ke luar
villa. Mentari menyusul dan yang lainnya ikut menyusul.
“Dil lo mau kemana?” teriak Mentari sembari berlari
mengejar Fadil.
Namun fadil hanya terus
berlari tanpa menjawab pertanyaan mentari. Akhirnya Fadil menemukan apa yang
dia cari, ya pemilik villa.
“apa yang udah lo lakuin ke temen-temen gua pak? Jawab
woy bajingaaaan!” teriak Fadil sambil menodong pemilik villa dengan pisau yang
ia genggam.
“saya gak tau apa-apa mas” ucap pemilik villa
bingung.
“gausah sok gatau lu anj*ng!”
Nyaris saja Fadil
menyayat leher pemilik villa dengan pisaunya, Mentari dengan sigap mencegah
Fadil.
“Ri. Lu apa-apaan sih?”
“lu gatau apa yang sebenarnya terjadi Dil, dengerin
cerita gua dulu jangan main ngehakimin orang!”
“cerita apalagi? Jelas-jelas cowo brengsek ini yang
udah ngebunuh temen kita!”
“jangan marah-marah dulu, bapak ini gak salah
apa-apa! Dengerin gua dulu ayo kita bicarain ini di villa!”
Semua bergegas ke villa.
Dan Mentari menceritakan semuanya.
“Awal pertama kali ke sini gua juga sempat curiga
dengan bapak ini, karena dia selalu bawa pisau. Pas gua mau buka jendela di
belakang itu, gua juga dilarang sama dia. Gua dan Poppy yang pertama kali
curiga. Trus pada saat kita omongin masalah itu Siska keliatan panic banget,
dan dia yang pertama jadi korban. Dan gua nekat buat buka jendela itu. Pas baru
gua buka, gua kaget banget pas ngeliat apa isi dibalik jendela itu. Gua putusin
buat terus liat-liat sampai akhirnya gua temuin kepala Siska diawetin di dalem
tabung silinder bening. Tetapi gua sadar ada yang hilang dari semua koleksi
Rama. Tiba-tiba Bapak ini langsung nyamperin gua bawa kapak yang mungkin buat
nebas lehernya Siska karena kapak itu darah semua. Gua panik. Tapi bapak ini
ternyata baik, dia bongkarin itu semua ke gua, tapi kita cerita di tengah hutan
dan ga sadar juga ternyata gua pingsan karena shock” jelas Mentari perlahan.
“gua masih belum ngerti Ri” Fadil bingung.
“ini semua ulah Rama, bapak ini adalah pembantu di
rumah Rama, bapak ini hanya menghilangkan jejak-jejak perbuatan Rama. Rama terobsesi
dengan organ-organ manusia, dia ingin menjadi dokter bedah namun orang tuanya
tidak mengijinkan. Dan akhirnya Rama belajar pembedahan lewat internet. Dan sekarang
dia malah kecanduan akan pembedahan organ manusia. Rama suka banget sama Siska,
jadi dia putusin buat ngawetin mayat Siska karena dia tau kita ga akan
ngebolehin siapapun diantara kita ada yang pacaran. Gua tau ini juga dari bapak
ini karena Rama selalu cerita ke beliau.”
“terus apa yang udah terjadi dengan Rama?” Tanya Poppy.
“Rama? Semua itu gua yang
ngelakuin. Karena gua dan Rama belajar bareng soal ini. Dan gua lagi mencari
kemana koleksi gua yang gua titipin ke Rama”
0 komentar:
Posting Komentar