Pilihan yang
Salah
Pagi
itu seperti biasanya Mentari tergesa-gesa memasuki ruang kelas. Ya tepat saja
hari ini hari Jum’at. Dimana hari terakhir dia masuk sekolah diminggu ini. Rasa
malas pun pasti sudah meluap di dalam diri Mentari.
Sorot
sinar matahari yang menyilaukan mata indah Mentari tak dihiraukannya. Baginya
tak ada yang lebih bersinar dibandingkan kepala sang guru fisika yang harus ia
temui pagi itu. Rasa kantuk pun tak hanya ia rasakan sendiri, tapi juga
dirasakan oleh teman sekelasnya.
Sore
itu, Mentari habiskan seluruh waktunya untuk mengobrol bersama kekasihnya, ya
Danang. Kakak kelas Mentari yang memang 2 tahun lebih tua darinya. Tetapi
obrolan sore itu bukan membahas hal yang menyenangkan. Bahasan yang Mentari
sangat tidak suka, selalu saja Danang membahas tentang kedekatan Mentari dengan
teman lelakinya. Mentari tahu kalau Danang memang sangat posesif dan juga
cemburuan. Namun, Danang tidak pernah mengerti kalau secara halus ia memang
posesif. Mentari juga tidak bisa selalu menuruti apa mau Danang, dia selalu
berusaha namun dia juga selalu berfikir bahwa itu di luar pribadi Mentari.
Masalah
itu kini berlalu, kesenangan demi kesenangan, kebahagian demi kebahagian mereka
cetak lebih banyak lagi. Mentari dan Danang memang sudah mengerti satu sama
lain. Namun terkadang ego mereka mengalahkan pengertian mereka. Untuk kali ini
kisah yang romantis mereka cetak demi mempertahankan hubungan mereka. Walau
dengan sebuah mawar merah, sebait puisi, sebuah lagu ataupun hanya sekedar bermain
bersama dan bercanda tawa. “Tari, aku sayang banget sama kamu! Tolong ya jangan
tinggalin aku!” pinta Danang sambil menatap mata Mentari yang indah. Seperti
biasa, Mentari hanya membalas dengan senyum manisnya.
Hari
Minggu yang cerah dengan pancaran sinar matahari yang tidak begitu menyengat
membuat semangat pagi Mentari menggebu-gebu. Pagi ini Mentari isi dengan
mengajar disalah satu tempat pendidikan sukarela didekat kos-kosan Mentari.
Mentari tidak sendiri, ada teman barunya yang bernama Agung, Aghna, Firman,
Ika, dan juga Fuad. Mereka semua itu kakak kelas Mentari. Ya Mentari baru kelas
10 saat ini dan mereka semua kelas 11, 1 tingkat lebih tinggi dari Mentari.
Danang
selalu saja cemburu bila mendengar Mentari bersama Agung entah apa itu
kegiatannya. Namun kali ini Mentari sembunyikan apa yang sedang dia lakukan,
terlebih bersama siapa dia pergi. Tampaknya Mentari cocok bercanda dengan
mereka, hingga akhirnya…
Percakapan Mentari
dan Danang via SMS
……..
D “Masih main caa?”
M “Masih nda hehehe”
D “Sama siapa aja
caa?”
M “Banyakan nda
hehe”
D “Ya siapa aja?
Haha”
M “Kak ika, kak
fuad, kak aghna, kak firman, kak agung”
D “Tailah sama Agung
lagi -,-“
M “Aku lagi ga
pengen berantem oke”
D “Kamu lagian
ngapain sih. Kamu tuh ih ya Allah L ga bisa jaga perasaan banget sih kamu”
M “Ga ngapa-ngapain
elah nda lagi males kayak gini ah ya Allah bisa ga sih jangan kayak gitu dulu”
D “Kamu pulang atuh
caa udaaaah. Sakit tau aku asal kamu tau aja”
D “Kelewatan banget
siiih pake main segala sama agung.ternyata kamu gitu dibelakang yaa. Ya Allah
aku udah percaya sama kamu tapi kamu gitu”
D “Aku ga kuat kalo
gini terus caa jujur aja yaa”
D “Kamu pulang atuh
caa aku masih kesel kayak gini -_-“
Akhirnya
mereka menyelesaikan masalahnya lewat telfon. Entah apa yang Mentari bicarakan
dengan Danang, yang pasti Mentari terlihat sangat kesal sekaligus panik. Pada akhirnya
mereka semua mengajak Mentari keluar untuk makan malam. Yang salahnya lagi
Mentari meluapkan masalahnya pada Firman. Dia menceritakannya, semuanya
kejadian yang tadi Mentari alami. Pada akhirnya Agung sadar semua itu karena
Danang cemburu pada Agung. Namun semua sudah selesai.
Keesokan
harinya, Danang dan Agung bertemu untuk membicarakan sesuatu yang Mentari
sendiri juga tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Setelah selesai,
Mentari dan Danang pun merayakan tanggal jadian mereka. Mentari tampak tidak
mood karena dia sendiri memang sedang memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Namun semua itu Mentari sembunyikan untuk memperindah suasana.
Malam
itu Mentari diajak makan malam dengan Firman. Firman bercerita tentang Agung.
Ya, Firman menunjukan teks SMS dari Agung.
“Man, udah lu jangan
deket lagi sama Mentari”
“Emang kenapa?”
“Dia masih bocah,
ntar nasib lu sama kayak gua lho disamperin cowonya segala. Udah jauhin aja”
Sontak
Mentari langsung berfikir. Dia berkata pada Firman, “Iya Man gua emang masih
bocah. Turutin aja apa kata Agung, jauhin gua daripada nanti lu ngerasain hal
yang serupa”. Firman membalas dengan yakin “haha engga Ri, gua ga kayak gitu
orangnya. Udahsih biarin aja”
Oke
Mentari sudah yakin bahwa memang Firman tidak berfikiran sama dengan Agung. Dan
saat sampai di tempat makan, Agung berada di sana. Langsung saja Mentari
menanyakan apa maksud Agung.
“Maksud lu apa ya
ngomongin gua dari belakang kayak gini. Iya emang gua masih bocah. Tapi bisa ga
sih gausah sok care sama gua kalo akhirnya lu ngomongin jeleknya gua?” amarah
Mentari keluar namun masih bisa dia kontrol.
“maaf Ri maksud gua
ga kayak gitu. Ya makanya lu tuh terbuka aja sama cowo lu” jawab Agung dengan
wajah panik.
“eh gua kan udah
bilang ke lu sama Danang juga apa alas an gua ga bilang dulu ke Danang kalo
kita main. Masih ga ngerti juga apa gimana sih kalian tuh?” amarah Mentari
mulai memuncak.
“yaudah iya gua
minta maaf. Gua duluan ya” jawab Agung santai dan meninggalkan Mentari.
Firman mulai
menenangkan Mentari, dan semua sudah selesai.
Hari
berganti hari, Firman dan Mentari mulai lebih dekat. Sejak saat itu mereka
lebih sering berdua, entah karena apa. Hingga akhirnya Firman berkata jujur
pada Mentari tentang perasaannya. Ya, benar saja Firman jatuh hati pada
Mentari, namun Mentari hanya berfikir bahwa itu hanyalah perasaan sementara
saja. Mereka tetap dekat hingga akhirnya mereka merencanakan untuk bermain
bersama setelah UAS nanti. Namun tidak lama Danang tahu tentang rencana itu.
Tidak
lama setelah Danang tahu, tiba-tiba Firman menghilang tanpa kabar. Mentari
bingung akan keadaan saat ini. Apa yang telah terjadi dan apa yang sebenarnya
terjadi? Mentari terus bertanya-tanya pada hatinya. Tidak ada yang berbicara
pada saat itu. Firman hanya diam membisu tanpa membalas satupun pesan yang
dikirim Mentari. Mentari hanya berusaha untuk melupakan itu semua namun tetap
saja Mentari selalu memikirkan hal itu. Hingga akhirnya, Mentari bertanya pada
temannya Firman dan juga sudah menjadi teman Mentari sendiri.
“iya Ri sebenarnya
waktu itu Danang pernah nyamperin Firman. Tapi janji ya lu jangan ngomongin
masalah ini ke Firmannya. Gua sendiri ga tau mereka ngomongin apa.”
Oke
Mentari mulai kesal saat mendengar berita itu. “Apalagi ini?” gumamnya dalam
hati.
Mentari
mulai mengajak Danang berbicara, berbicara sangat serius. Mentari lelah akan
semua itu, Mentari memulai pembicaraannya.
“Aku mau sendiri”
“maksudnya apa Ri?”
“iya aku mau
sendiri, aku mau bebas, udah itu aja”
“aku ga mau” jawab
Danang dengan menatap mata Mentari.
“oke balikin
semuanya dan kita akan bertahan”
Entah
keajaiban apa yang sudah terjadi, ketika itu Firman lewat di depan mereka.
Langsung saja mereka bertiga membicarakan semuanya. Dan masalah itu selesai.
Firman
mulai bersikap seperti biasa lagi, Mentari pun mulai memaksakan hatinya untuk
bertahan bersama orang yang sudah dia benci. Mulai dari itu kedekatan Firman
dan Mentari makin menjadi-jadi. Mereka semakin lebih terbuka. Hingga akhirnya
satu sama lain saling membicarakan masalah pacaran.
“Ri gua mau ngasih
surprise, mau langsung atau lewat Wa?”
“surprise apa ya?”
Mentari pura-pura tidak mengerti.
“gua mau nembak lu
haha”
Ahsudahlah Mentari
mulai mencari alas an.
“hellowww gua belum
jomblo kali”
“yaudah lu jomblo
aja sekarang” pinta Firman dengan candaan.
Okeh Mentari mulai
kebingungan apa yang harus dia katakan.
“mendingan kita
gausah pacaran deh, nanti kalo pacaran pas udah putus malah musuhan gua gak mau
itu terjadi” Mentari meyakinkan.
“gua gak kayak gitu
kok orangnya, santai aja” Firman lebih meyakinkan.
“yaudah terserah”
Mentari
pasrah dengan apa yang akan terjadi nantinya. Hari terus berlanjut. Firman dan
Mentari makin serius membicarakan hal tersebut sampai-sampai satu sama lain
berkata “calon pacar”. Dan hingga akhirnya Mentari dan Danang putus.
Namun kebahagiaan
tak ada, hanya ada kepedihan yang mendalam.
“Ri maafin gua ya
kalo gua PHP, gua ga mau pacaran. Maaf kemaren itu hanya nafsu gua aja. Gua
gamau keluar dari prinsip gua”
Oooh
F*CK you Firmaaaan! Mentari kesal, marah, dan kecewa. Namun itu hanya dia
pendam sendiri. Iya dia hanya bilang.
“ohaha iya aku tahu,
oke tetap pada prinsip mu ya Man!”
Andai
Firman tahu, kalau saja Mentari tidak menahan emosinya mungkin Firman sudah
mati. Rasa sakit yang dirasa Mentari tidak membuat dia terpuruk, ya dia
bangkit. Namun tetap saja masih Mentari ingat akan semua kata-kata manis dari
Firman.
Mentari
masih bersyukur karena sayang yang tulus dari Danang tidak menghilang begitu
saja. Dan juga Mentari sadar akan kasih sayang yang dia rasa memang hanya untuk
Danang. Namun Mentari memutuskan untuk tidak pacaran saat ini. Dia sudah lelah
akan apa yang sudah terjadi selama ini.
Mentari
pun jujur akan apa yang dia rasakan pada Firman. Dan Firman hanya menjawab “ya
gua hanya bisa minta maaf. Dan gua orangnya gampang bosan.”
Berkali-kali
Firman menyakiti hati Mentari, namun Mentari sudah kebal dan Mentari sudah
menghilangkan semua itu. Yang bisa membuat Mentari kuat hanyalah kasih sayang
tulus yang diberikan Danang.
Maaf
memang mudah dilontarkan, tetapi memaafkan tidak semudah berbicara “iya udah
dimaafin kok” karena maaf sebenarnya dari hati, bukan dari mulut seseorang yang
sedang kecewa.
Terimakasih Firman
atas apa yang sudah kamu berikan kepada saya
terimakasih atas semua harapan tingkat tinggi ini
terimakasih sudah menjatuhkan hati ini sampai pecah
terimakasih…..
terimakasih atas semua harapan tingkat tinggi ini
terimakasih sudah menjatuhkan hati ini sampai pecah
terimakasih…..
Danang, sungguh
hatimu sangat kuat.
Kini aku ingin
sendiri dulu……
0 komentar:
Posting Komentar