Kamis, 12 Juni 2014

Pilihan yang Salah



Pilihan yang Salah

Pagi itu seperti biasanya Mentari tergesa-gesa memasuki ruang kelas. Ya tepat saja hari ini hari Jum’at. Dimana hari terakhir dia masuk sekolah diminggu ini. Rasa malas pun pasti sudah meluap di dalam diri Mentari.
Sorot sinar matahari yang menyilaukan mata indah Mentari tak dihiraukannya. Baginya tak ada yang lebih bersinar dibandingkan kepala sang guru fisika yang harus ia temui pagi itu. Rasa kantuk pun tak hanya ia rasakan sendiri, tapi juga dirasakan oleh teman sekelasnya.
Sore itu, Mentari habiskan seluruh waktunya untuk mengobrol bersama kekasihnya, ya Danang. Kakak kelas Mentari yang memang 2 tahun lebih tua darinya. Tetapi obrolan sore itu bukan membahas hal yang menyenangkan. Bahasan yang Mentari sangat tidak suka, selalu saja Danang membahas tentang kedekatan Mentari dengan teman lelakinya. Mentari tahu kalau Danang memang sangat posesif dan juga cemburuan. Namun, Danang tidak pernah mengerti kalau secara halus ia memang posesif. Mentari juga tidak bisa selalu menuruti apa mau Danang, dia selalu berusaha namun dia juga selalu berfikir bahwa itu di luar pribadi Mentari.
Masalah itu kini berlalu, kesenangan demi kesenangan, kebahagian demi kebahagian mereka cetak lebih banyak lagi. Mentari dan Danang memang sudah mengerti satu sama lain. Namun terkadang ego mereka mengalahkan pengertian mereka. Untuk kali ini kisah yang romantis mereka cetak demi mempertahankan hubungan mereka. Walau dengan sebuah mawar merah, sebait puisi, sebuah lagu ataupun hanya sekedar bermain bersama dan bercanda tawa. “Tari, aku sayang banget sama kamu! Tolong ya jangan tinggalin aku!” pinta Danang sambil menatap mata Mentari yang indah. Seperti biasa, Mentari hanya membalas dengan senyum manisnya.
Hari Minggu yang cerah dengan pancaran sinar matahari yang tidak begitu menyengat membuat semangat pagi Mentari menggebu-gebu. Pagi ini Mentari isi dengan mengajar disalah satu tempat pendidikan sukarela didekat kos-kosan Mentari. Mentari tidak sendiri, ada teman barunya yang bernama Agung, Aghna, Firman, Ika, dan juga Fuad. Mereka semua itu kakak kelas Mentari. Ya Mentari baru kelas 10 saat ini dan mereka semua kelas 11, 1 tingkat lebih tinggi dari Mentari.
Danang selalu saja cemburu bila mendengar Mentari bersama Agung entah apa itu kegiatannya. Namun kali ini Mentari sembunyikan apa yang sedang dia lakukan, terlebih bersama siapa dia pergi. Tampaknya Mentari cocok bercanda dengan mereka, hingga akhirnya…
Percakapan Mentari dan Danang via SMS
……..
D “Masih main caa?”
M “Masih nda hehehe”
D “Sama siapa aja caa?”
M “Banyakan nda hehe”
D “Ya siapa aja? Haha”
M “Kak ika, kak fuad, kak aghna, kak firman, kak agung”
D “Tailah sama Agung lagi -,-“
M “Aku lagi ga pengen berantem oke”
D “Kamu lagian ngapain sih. Kamu tuh ih ya Allah L ga bisa jaga perasaan banget sih kamu”
M “Ga ngapa-ngapain elah nda lagi males kayak gini ah ya Allah bisa ga sih jangan kayak gitu dulu”
D “Kamu pulang atuh caa udaaaah. Sakit tau aku asal kamu tau aja”
D “Kelewatan banget siiih pake main segala sama agung.ternyata kamu gitu dibelakang yaa. Ya Allah aku udah percaya sama kamu tapi kamu gitu”
D “Aku ga kuat kalo gini terus caa jujur aja yaa”
D “Kamu pulang atuh caa aku masih kesel kayak gini -_-“
Akhirnya mereka menyelesaikan masalahnya lewat telfon. Entah apa yang Mentari bicarakan dengan Danang, yang pasti Mentari terlihat sangat kesal sekaligus panik. Pada akhirnya mereka semua mengajak Mentari keluar untuk makan malam. Yang salahnya lagi Mentari meluapkan masalahnya pada Firman. Dia menceritakannya, semuanya kejadian yang tadi Mentari alami. Pada akhirnya Agung sadar semua itu karena Danang cemburu pada Agung. Namun semua sudah selesai.
Keesokan harinya, Danang dan Agung bertemu untuk membicarakan sesuatu yang Mentari sendiri juga tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Setelah selesai, Mentari dan Danang pun merayakan tanggal jadian mereka. Mentari tampak tidak mood karena dia sendiri memang sedang memikirkan apa yang baru saja terjadi. Namun semua itu Mentari sembunyikan untuk memperindah suasana.
Malam itu Mentari diajak makan malam dengan Firman. Firman bercerita tentang Agung. Ya, Firman menunjukan teks SMS dari Agung.
“Man, udah lu jangan deket lagi sama Mentari”
“Emang kenapa?”
“Dia masih bocah, ntar nasib lu sama kayak gua lho disamperin cowonya segala. Udah jauhin aja”
Sontak Mentari langsung berfikir. Dia berkata pada Firman, “Iya Man gua emang masih bocah. Turutin aja apa kata Agung, jauhin gua daripada nanti lu ngerasain hal yang serupa”. Firman membalas dengan yakin “haha engga Ri, gua ga kayak gitu orangnya. Udahsih biarin aja”
Oke Mentari sudah yakin bahwa memang Firman tidak berfikiran sama dengan Agung. Dan saat sampai di tempat makan, Agung berada di sana. Langsung saja Mentari menanyakan apa maksud Agung.
“Maksud lu apa ya ngomongin gua dari belakang kayak gini. Iya emang gua masih bocah. Tapi bisa ga sih gausah sok care sama gua kalo akhirnya lu ngomongin jeleknya gua?” amarah Mentari keluar namun masih bisa dia kontrol.
“maaf Ri maksud gua ga kayak gitu. Ya makanya lu tuh terbuka aja sama cowo lu” jawab Agung dengan wajah panik.
“eh gua kan udah bilang ke lu sama Danang juga apa alas an gua ga bilang dulu ke Danang kalo kita main. Masih ga ngerti juga apa gimana sih kalian tuh?” amarah Mentari mulai memuncak.
“yaudah iya gua minta maaf. Gua duluan ya” jawab Agung santai dan meninggalkan Mentari.
Firman mulai menenangkan Mentari, dan semua sudah selesai.
Hari berganti hari, Firman dan Mentari mulai lebih dekat. Sejak saat itu mereka lebih sering berdua, entah karena apa. Hingga akhirnya Firman berkata jujur pada Mentari tentang perasaannya. Ya, benar saja Firman jatuh hati pada Mentari, namun Mentari hanya berfikir bahwa itu hanyalah perasaan sementara saja. Mereka tetap dekat hingga akhirnya mereka merencanakan untuk bermain bersama setelah UAS nanti. Namun tidak lama Danang tahu tentang rencana itu.
Tidak lama setelah Danang tahu, tiba-tiba Firman menghilang tanpa kabar. Mentari bingung akan keadaan saat ini. Apa yang telah terjadi dan apa yang sebenarnya terjadi? Mentari terus bertanya-tanya pada hatinya. Tidak ada yang berbicara pada saat itu. Firman hanya diam membisu tanpa membalas satupun pesan yang dikirim Mentari. Mentari hanya berusaha untuk melupakan itu semua namun tetap saja Mentari selalu memikirkan hal itu. Hingga akhirnya, Mentari bertanya pada temannya Firman dan juga sudah menjadi teman Mentari sendiri.
“iya Ri sebenarnya waktu itu Danang pernah nyamperin Firman. Tapi janji ya lu jangan ngomongin masalah ini ke Firmannya. Gua sendiri ga tau mereka ngomongin apa.”
Oke Mentari mulai kesal saat mendengar berita itu. “Apalagi ini?” gumamnya dalam hati.
Mentari mulai mengajak Danang berbicara, berbicara sangat serius. Mentari lelah akan semua itu, Mentari memulai pembicaraannya.
“Aku mau sendiri”
“maksudnya apa Ri?”
“iya aku mau sendiri, aku mau bebas, udah itu aja”
“aku ga mau” jawab Danang dengan menatap mata Mentari.
“oke balikin semuanya dan kita akan bertahan”
Entah keajaiban apa yang sudah terjadi, ketika itu Firman lewat di depan mereka. Langsung saja mereka bertiga membicarakan semuanya. Dan masalah itu selesai.
Firman mulai bersikap seperti biasa lagi, Mentari pun mulai memaksakan hatinya untuk bertahan bersama orang yang sudah dia benci. Mulai dari itu kedekatan Firman dan Mentari makin menjadi-jadi. Mereka semakin lebih terbuka. Hingga akhirnya satu sama lain saling membicarakan masalah pacaran.
“Ri gua mau ngasih surprise, mau langsung atau lewat Wa?”
“surprise apa ya?” Mentari pura-pura tidak mengerti.
“gua mau nembak lu haha”
Ahsudahlah Mentari mulai mencari alas an.
“hellowww gua belum jomblo kali”
“yaudah lu jomblo aja sekarang” pinta Firman dengan candaan.
Okeh Mentari mulai kebingungan apa yang harus dia katakan.
“mendingan kita gausah pacaran deh, nanti kalo pacaran pas udah putus malah musuhan gua gak mau itu terjadi” Mentari meyakinkan.
“gua gak kayak gitu kok orangnya, santai aja” Firman lebih meyakinkan.
“yaudah terserah”
Mentari pasrah dengan apa yang akan terjadi nantinya. Hari terus berlanjut. Firman dan Mentari makin serius membicarakan hal tersebut sampai-sampai satu sama lain berkata “calon pacar”. Dan hingga akhirnya Mentari dan Danang putus.
Namun kebahagiaan tak ada, hanya ada kepedihan yang mendalam.
“Ri maafin gua ya kalo gua PHP, gua ga mau pacaran. Maaf kemaren itu hanya nafsu gua aja. Gua gamau keluar dari prinsip gua”
Oooh F*CK you Firmaaaan! Mentari kesal, marah, dan kecewa. Namun itu hanya dia pendam sendiri. Iya dia hanya bilang.
“ohaha iya aku tahu, oke tetap pada prinsip mu ya Man!”
Andai Firman tahu, kalau saja Mentari tidak menahan emosinya mungkin Firman sudah mati. Rasa sakit yang dirasa Mentari tidak membuat dia terpuruk, ya dia bangkit. Namun tetap saja masih Mentari ingat akan semua kata-kata manis dari Firman.
Mentari masih bersyukur karena sayang yang tulus dari Danang tidak menghilang begitu saja. Dan juga Mentari sadar akan kasih sayang yang dia rasa memang hanya untuk Danang. Namun Mentari memutuskan untuk tidak pacaran saat ini. Dia sudah lelah akan apa yang sudah terjadi selama ini.
Mentari pun jujur akan apa yang dia rasakan pada Firman. Dan Firman hanya menjawab “ya gua hanya bisa minta maaf. Dan gua orangnya gampang bosan.”
Berkali-kali Firman menyakiti hati Mentari, namun Mentari sudah kebal dan Mentari sudah menghilangkan semua itu. Yang bisa membuat Mentari kuat hanyalah kasih sayang tulus yang diberikan Danang.
Maaf memang mudah dilontarkan, tetapi memaafkan tidak semudah berbicara “iya udah dimaafin kok” karena maaf sebenarnya dari hati, bukan dari mulut seseorang yang sedang kecewa.
Terimakasih Firman atas apa yang sudah kamu berikan kepada saya
terimakasih atas semua harapan tingkat tinggi ini
terimakasih sudah menjatuhkan hati ini sampai pecah
terimakasih…..
Danang, sungguh hatimu sangat kuat.
Kini aku ingin sendiri dulu……

0 komentar:

Posting Komentar